Kumpulan Cerita Sex 2018 - Cerita panas berhubungan intim untuk menyembuhkan ejakulasi dini yang
kualami dengan judul “ Berhubungan Intim Dengan Dokter Cantik Sebagai
Terapi Seks Yang Kujalani ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat
meningkatkan libido seks, selamat menikmati.
Kata orang, akulah
orang yang paling bahagia di dunia. Bayangkan tinggal di Surabaya yang
disebut-sebut merupakan kota besar kedua di Indonesia dengan uang
banyak, memiliki puluhan perusahaan dan cabang- cabangnya di seluruh
Indonesia, isteri cantik dan sexy, dan semua orang mengenalku dengan
baik.
Tapi dalam hati kecilku, aku merasa ada sesuatu yang kurang.
Setelah menikah kurang lebih 3 tahun, kami belum dikaruniai anak.
Memang kelemahannya ada pada diriku. Walaupun aku ganteng dan berbadan
tinggi besar dan tegap, aku selalu mengalami kegagalan saat berhubungan
intim dengan isteri. Ya, sekitar dua tahun sebelum kami menikah, aku
mengalami kecelakaan lalu lintas.
Motorku ditabrak dari belakang
oleh sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi dan berusaha
mendahului motor yang kukendarai. Saat itu ternyata ada mobil yang
muncul dari arah berlawanan, sehingga untuk menghindari “adu kambing”
truk itu membanting activity ke kiri dan menabrak motorku. Aku
terjungkal dan terbanting ke aspal di siang bolong. Untunglah aku tidak
cedera.
Hanya kedua tanganku sedikit tergores dan pantatku
sakitnya bukan main. Rupanya aku jatuh terduduk di pinggir jalan aspal
dekat trotoar jalan. Seorang bapak yang ikut menyaksikan kecelakaan itu
segera memapahku berdiri dan membawaku ke rumah sakit terdekat.
Sejak itu, jika aku berhubungan intim dengan Lilian, isteriku, aku
selalu tidak dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Penisku tidak bisa
berdiri. Kadang bisa berdiri tapi sebentar belum juga masuk dengan pas..
eh.. sudah menyemprotkan cairan mani.
Beberapa dokter telah
kudatangi. Tapi kesembuhanku belum juga muncul. Tadinya muncul ide agar
aku mencoba-coba untuk “jajan” di lokalisasi. “Ah..” pikirku lagi,
“Nanti malah kena AIDS atau HIV. Lebih repot lagi kan?”
Nah, suatu
hari aku mendengar dari teman karibku, Hartono, bahwa di Jakarta
katanya ada seorang dokter spesialis yang bisa menyembuhkan
kelainan-kelainan seks dengan biaya terjangkau dan tanpa efek samping.
Lalu dengan persetujuan isteriku, aku pun mengambil cuti selama seminggu
untuk berangkat ke sana.
Karena punya sanak famili yang tinggal di
bagian barat Jakarta, aku pun tanpa kesulitan menemukan dokter yang
kucari. Tempat prakteknya ternyata terletak di lantai 18 sebuah
apartemen mewah di pusat kota. Aku tadinya merasa deg-degan dan agak
malu untuk naik ke sana.
Bagaimana kalau dokter itu menyarankan
yang tidak-tidak kepadaku? Lalu.. apakah hasilnya akan maksimal seperti
yang kuharapkan? Berbagai pertanyaan lain terus saja bergema dalam hati
kecilku.
Namun bila kuingat raut wajah Lilian yang cemberut dan
penuh kekecewaan bila penisku tidak bisa tegang atau baru masuk ke
permukaan vaginanya, aku sudah ejakulasi.. wah.. lebih baik aku mencoba
saja ke sana deh, siapa tahu ada mujizat yang terjadi. Benar kan?
Saat
aku sampai di ruangan kantor yang amat mewah itu, kulihat seorang gadis
cantik yang masih berumur sekitar 22-23 tahun sedang menulis sesuatu
dan kemudian memandangku dengan ramah. “Mau ikut terapi, Pak?” ia
bertanya dengan seulas senyum di bibirnya yang mungil.
“Ya, maaf..
Dokternya ada?” tanyaku ragu-ragu. “Hari ini kebetulan Dokter Amy Yip
sedang tidak ada pasien..” ujarnya. “Dokter Amy Yip… Kok kayak nama
bintang blur mandarin sih, Mbak… apa ia berasal dari Hongkong?”
“Betul
sekali… Memang namanya Yip Chi Mei, ia seorang dokter spesialis terapi
seksual asal Indonesia lulusan Hongkong Medical College… dan ia lebih
suka dipanggil dengan nama Dokter Amy Yip.” katanya memberi penjelasan.
Setelah mengisi formulir yang berisi data-data pribadi, aku langsung
diantar ke tempat prakter dokter itu. Gadis yang belakangan kuketahui
bernama Sally itu kemudian mengetuk pintu ruang praktek Dokter Amy Yip.
Pintu pun dibuka dari dalam. Benar saja dugaanku. Di sana berdiri
seorang wanita cantik mengenakan blazer hitam dan berumur sekitar 30
tahun. Ia berambut ikal sebahu. Oh ternyata ini dokternya!
“Maaf
Dok… ini ada Bapak Kuntoro dari Surabaya ingin ikut terapi… ini
data-data lengkapnya.” ujar Sally sambil memberikan formulir yang sudah
kuisi dan mempersilakan aku masuk ke kantor itu. Sally pun berjalan
kembali ke meja kerjanya di depan ruangan itu. “Silakan masuk, Pak…”
ujar dokter cantik itu. “Baik, terima kasih.” jawabku singkat.
Setelah kami duduk di dalam ruang praktek itu, Dokter Amy Yip kemudian
mulai menanyakan beberapa hal yang amat pribadi padaku. Karena kupikir
ia seorang dokter yang harus tahu benar keadaan dari kehidupan seks
rumah tanggaku, termasuk bagaimana aku berhubungan intim, aku pun
membeberkan semuanya.
Salah satu pertanyaannya adalah, “Kira-kira
Bapak bisa tahan berapa absolutist dalam berhubungan intim dengan
isteri?” atau, “Gaya apa yang paling Bapak sukai bila berhubungan intim
dengan isteri?”
Mendengar semua jawabanku, ia pun
mengangguk-angguk tanda mengerti. Lalu dengan sorot mata tajam ia
memandangku serta berkata, “Pak Kuntoro, saya rasa sebaiknya kita bisa
mengadakan terapi seks sekarang juga.
Di sebelah sana ada ranjang
yang bisa Bapak gunakan untuk itu… Di sana saya akan menguji ketahanan
Bapak untuk tidak berejakulasi selama beberapa menit… kalo memungkinkan
nanti kita bisa berhubungan intim guna proses penyembuhan lebih lanjut.
Gimana Pak.. apa Bapak setuju?” “Wah… ini toh yang namanya terapi seks.
Kalau begini sih pasti aku mau sekali,” pikirku dalam hati.
Tanpa
pikir panjang lagi aku menyahut, “Baiklah… Terserah Dokter saja, gimana
baiknya…” Dalam pikiranku tiba-tiba muncul bayangan gimana kira-kira
bentuk tubuh Dokter Amy Yip ini nanti kalau ia telanjang. Pikiran
seperti ini langsung saja membuat penisku tiba-tiba menegang dan keras.
Kemudian kami berjalan menuju ranjang terapi yang dimaksud. Setelah aku
duduk dengan bersandarkan bantal, dokter cantik itu duduk dengan santai
di hadapanku. Ia kemudian dengan sengaja membuka semua baju luarnya.
Akhirnya
yang tertinggal hanya BH dan celana dalamnya. “Pak Kuntoro, silakan
Bapak meraba-raba saya… terserah Bapak mau meraba bagian tubuh saya yang
mana… nanti kita lihat berapa menit waktu yang Bapak perlukan untuk
ejakulasi…” perintahnya. Tentu saja aku mau melakukannya dengan senang
hati. Wong yang di depanku, tubuh dokter itu begitu mulus dan putih.
Payudaranya saja begitu menonjol ke depan. Mungkin ukuran 36B, seperti
hendak meloncat keluar dari penutupnya. Dengan pelan kuelus wajah dokter
itu, lalu lehernya yang jenjang. Kemudian tangan kananku turun ke bukit
kembarnya. Kuraba pelan dan kuremas-remas. Lalu tangan kiriku bergerak
menuju CD-nya. Namun, sekonyong-konyong ada sesuatu yang mau meledak
dalam tubuhku. Aku buru-buru menghentikan rabaan-rabaanku.
Aku
berusaha segera membuka celana panjang yang kukenakan. Namun terlambat
sudah. Penis andalanku sudah menyemprot dengan derasnya. Aku hanya bisa
mengepalkan tangan sambil menutup mata. “Sialan!” ujarku. Celana
panjangku terutama di bagian pangkal paha tentu saja basah tidak karuan.
“Cuma dua menit kurang 25 detik… saya rasa keadaan ini masih bisa
disembuhkan, Pak… Sebelumnya ada pasien saya yang lebih buruk
keadaannya… asal Bapak mau telaten berobat tiap hari ke sini…” Dokter
Amy Yip menimpali setelah melihat arloji yang dikenakannya.
Hari
itu terapi seks yang harus kujalani selesai sudah. Setelah mengenakan
pakaiannya kembali dan kami kembali duduk di meja kerjanya, dokter itu
lalu berkata, “Mohon diingat ya, Pak… apa yang kita lakukan barusan
hanyalah sebatas untuk terapi… bukan untuk dilakukan di luar jam kerja
saya…” Oh, aku mengerti maksudnya.
Ia tidak mau kuajak kencan di
luar praktek terapinya. Itu peraturannya. Ah tidak apa-apa bagiku. Toh
aku orangnya setia pada isteriku. Walau Lilian lebih galak dari dokter
ini, namun ia kan isteriku dan mantan pacarku. Iya kan?
Keesokan
harinya, masih dengan terapi yang sama. Cuma Dokter Amy kini tidak
mengenakan BH. Benar adanya, kedua bukit kembarnya itu begitu besar,
kencang dan amat menantang. Putingnya berwarna merah kecoklatan seperti
tegak siap untuk disedot.
Ia berkata, “Silakan Bapak mau meremas
atau mengulum atau menjilat payudara saya… terserah… saya hanya ingin
tahu Bapak bisa tahan berapa absolutist untuk tidak ejakulasi.” Tanpa
menunggu perintah selanjutnya, aku langsung saja meraba dan meremas
kedua bukit kembarnya. Kemudian kuarahkan mulutku untuk merasakan
nikmatnya payudara itu.
Aku menghisap, menjilat dan mengulum
putingnya. Ia tampak merem-melek menikmatinya. Ternyata dua menit
berlalu. Dan kembali aku mengalami ejakulasi. Spermaku tersemprot hebat.
Untunglah kali ini aku masih sempat membuka reitsleting celanaku dan
mengarahkan penisku yang sudah tegang dan membesar itu ke ember khusus
untuk hasil sperma terapi. “Dua menit lebih 5 detik… hari ini ada
peningkatan, Pak…” jawabnya sambil menyunggingkan senyum setelah
semuanya selesai.
“Besok kita lanjutkan lagi. Jangan kuatir,
Pak… Perkiraan saya pada hari keempat nanti… waktu Bapak untuk tahan
tidak ejakulasi pasti lebih dari sepuluh menit. Saya jamin, Pak.” Lalu
hari itu kami pun berpisah. Aku pulang ke auberge tempatku menginap
dengan berbagai pikiran tentang harapan kesembuhan selanjutnya yang akan
kualami serta terapi apa yang akan dilakukannya besok terhadap diriku.
Hari ketiga… Kali ini kami berdua benar-benar telanjang bulat. Dokter
Amy kini yang mengambil inisiatif. Ia sengaja yang membuka pakaian yang
kukenakan sampai aku benar-benar bugil. Lalu kemudian ia membuka
pakaiannya sendiri.
Saat ia melakukannya, matanya tak lepas dari
memandang senjataku. Entah apa yang ada di benaknya. Yang pasti saat itu
senjataku belum tegang bahkan hingga ia membuka CD-nya. Ketegangan
dalam diriku mungkin sedikit banyak tidak membantu dalam merangsang
penis yang kumiliki.
Lalu ia duduk di pinggir ranjang. Kali ini
dengan sengaja ia meraih senjataku lalu dikocok-kocoknya dengan pelan
tapi pasti. Sementara tanganku diperbolehkan meraba apa saja yang ada di
tubuhnya.
etelah kocokannya mulai menampakkan hasil, ia pun
menunduk dan mengarahkan penisku ke mulutnya. Dengan telaten ia
menjilat, menghisap dan mengulum penis ajaibku. Wah… hampir saja aku
ingin ejakulasi. Tapi aku berusaha untuk menahannya sebab aku ingin
mengetahui rasanya bila ia terus mengobok-obok penisku.
Ia lalu
menyuruhku untuk mengubah posisi. Kini aku disuruhnya untuk menghisap
klitorisnya, sedangkan ia dengan penuh semangat terus menghisap dan
menjilat-jilat penisku. Karena tidak tahan menghadapi kuluman dan
hisapan mulutnya, aku terpaksa harus melepaskan sesuatu yang seperti
akan meledak dalam diriku.
Dan benar.. “Crot.. crot.. crot..
crot..” Dengan derasnya maniku tertumpah di dalam mulut dokter itu.
Entah sengaja atau tidak, Dokter Amy Yip tidak mau melepaskan penisku
dari mulutnya. Wah..! Setelah semprotan maniku habis, dan penisku
dibersihkan dengan tisu di tepi ranjang, kembali ia memberikan evaluasi
terapi yang kujalani. “Lumayan…” katanya sambil melirik jam tangan.
“Sepuluh menit lebih dua detik… Bapak pasti akan sembuh… Saya rasa pada
terapi kita yang terakhir akan benar- benar terbukti bahwa kondisi
ketahanan penis Bapak untuk tidak terlalu cepat berejakulasi saat
berhubungan intim adalah normal- accustomed saja. Bagaimana, Pak… apa
Bapak mau melanjutkan terapi yang terakhir besok?”
Tentu saja aku
mau melanjutkannya. Wong disuruh berhubungan intim dengan chargeless
saat terapi, siapa yang nggak mau? Aku pun kemudian mengiyakan sarannya
itu. Seperti yang kuduga ternyata keesokan harinya Dokter Amy Yip tidak
lagi mengenakan apa-apa di balik baju prakteknya.
Aku pun
segera membuka semua pakaianku. Lalu dengan ganas kuserbu tubuhnya yang
sudah berbaring menantang di atas ranjang. Pertama kucium keningnya,
lalu turun ke bibir, pipi, leher hingga payudaranya yang amat kenyal
itu. Di sana kujilat dan kupelintir putingnya yang merah kecoklatan. Ia
pun merem-melek.
Kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Kemudian
kepalaku bergerak menuju pangkal pahanya. Di sana kembali kujilati bibir
vagina dan klitorisnya. Kujulurkan lidahku ke dalam vaginanya sambil
tangan kananku terus meremas-remas payudaranya.
Setelah
beberapa menit, ternyata penisku sudah berdiri tegang dan mengeras.
Tanpa menunggu diperintah lagi, kuarahkan penisku ke liang
kewanitaannya. Dengan sekali sentak, masuklah penisku dengan mudahnya.
Rupanya ia sudah tidak perawan. Tanpa susah payah aku terus menggenjot
dan memompa penisku agar bisa benar-benar memuaskan dirinya. Saat itu
aku lupa segalanya, terapi, isteriku yang sedang menunggu dengan harap
cemas di Surabaya, pekerjaan di kantor yang menumpuk, dll..
Pokoknya kesempatan ini tidak bisa dilewatkan. Sementara itu Dokter Amy
Yip terus saja menggoyang-goyangkan pantatnya dengan lembut. Ia mencoba
untuk mengimbangi serangan gencarku.
Sekitar lima belas menit
berlalu. Dan tiba-tiba saja perasaanku seperti melayang. Aku merasakan
kenikmatan luar biasa. “Aku ingin keluar, Dok… sebaiknya di dalam atau…”
tanyaku di tengah-tengah kenikmatan yang kurasakan.
“Di dalam
saja Pak… biar nikmat…” jawabnya seenaknya. Rupanya ia pun akan
mengalami orgasme. Dan benar, beberapa saat kemudian ia orgasme.
Kemaluanku seperti disemprot dalam liang vaginanya. Sementara itu
spermaku pun dengan derasnya mengalir ke dalam liang vaginanya.
Aku
pun akhirnya jatuh tertidur di atas tubuhnya. Ternyata dokter itu masih
ingat bahwa apa yang kami lakukan adalah terapi. Ia segera melirik
arlojinya dan segera membangunkanku.
“Lima belas menit sepuluh
detik… selamat Pak Kuntoro… kondisi Anda kembali normal… bahkan sangat
normal..” ujarnya sambil mengenakan pakaiannya kembali dan menyalamiku.
Aku yang baru saja keletihan melayani nafsu seksnya dengan cara
berhubungan intim tentu saja tertegun. Lima belas menit? Wah hebat. Aku
sembuh, Lilian! Aku sembuh! Hampir saja aku meloncat-loncat.
Setelah
membereskan semuanya, aku pun segera pulang ke Surabaya malam itu juga.
Betapa bahagianya aku sekarang. Pasti Lilian akan gembira menyambut
kesembuhanku. Dan benar dugaanku.
Saat ini sudah tiga bulan kejadian
itu berlalu. Lilian pun mulai menunjukkan tanda-tanda kehamilan.
Menstruasinya sudah terlambat seminggu.
Cantik
Cerita Sex Remaja
Cerita Sex Terbaru
Dengan
Dokter
Kumpulan Cerita Sex
Ngentot
Sex
Terapi
Yang
0 comments:
Post a Comment