Kumpulan Cerita Sex 2018 - Tok…. Tok….tok…tok…tok.. “ terdengar suara kentongan bakso yang
dipukul dengan nada khas. Panjang sekali, pendek tiga kali dan diakhiri
ketukan panjang satu kali. Semua orang di desa itu sudah hafal bunyi
kentongan bakso seperti itu.
“Sekar.. itu.. Bang Pajang sudah
datang, katanya mau beli bakso..” kata seorang wanita muda pada temannya
yang juga masih muda. Gadis yang disapa “Sekar’ tadi melongokkan
kepalanya , nama lengkapnya Nurfitriana. Sering disapa dengan sebutan
Sekar.
Usianya baru menginjak 20 tahun. Wajahnya cantik sekali
dengan kulit putih bersih, wajahnya bulat dengan hidung mancung bermata
hitam bening berkilat-kilat. Orang akan menyangka Sekar adalah seorang
bintang sinetron kalau belum tahu. Rambutnya hitam legam sepunggung,
dibiarkannya selalu tergerai, senantiasa melompat ke kiri dan ke kanan
jika Sekar berjalan.
Tidak heran kalau Sekar berada di dekat
temannya, dia akan menjadi sangat menonjol, apalagi dengan temannya yang
sekarang bersamanya, sangat jauh bedanya. Yang satu putih, yang satu
agak hitam, yang satu cantik, yang satu tidak menarik.
Untungnya
Sekar bukan tipe gadis yang sombong dan pilih-pilih teman, mungkin itu
yang membuatnya disukai di antara teman-temannya. “Mana sih?” Sekar
melongok ke arah suara kentongan. Dia berlari kecil ke luar pagar
Asramanya.
Sekar memang tinggal di Asrama. Sekolahnya mengharuskan
itu. Kebetulan Sekar sekolah di Sekolah Perawat Kesehatan di
Tasikmalaya.
Orang paling senang melihat Sekar memakai seragam
perawatnya yang serba putih, itu membuat tubuhnya jadi terlihat makin
putih. “Itu, di ujung jalan,” temannya yang menyusul di belakang
menjawab sambil menunjuk.
Sebuah gerobak bakso kecil berwarna biru kusam berjalan mendekat dari arah ujung jalan dan makin-lama makin mendekat.
Tukang
baksonya bernama Pajang, orangnya sudah berumur sekitar 40 sampai 50
an, rambutnya sudah memutih sebagian, sementara kumis dan janggutnya
yang juga memutih terlihat tidak terawat, kalau saja dia tidak berdagang
bakso, orang mungkin akan mengira dia orang gila kerena suka
tersenyum-senyum sendiri.
“Eh, Non Sekar,” Pajang mengembangkan
senyumnya saat bertemu dengan Sekar, sebaris gigi kuning kehitaman
terlihat berbaris di balik bibirnya yang tebal, wajahnya yang kotor
tidak terawat berusaha tersenyum, tapi yang ada justru sebuah seringai
mengerikan. “Eh.. iya Bang..” Sekar berusaha ramah dan membalas senyum
Pajang. “Yang biasa Non?” tanya Pajang dengan nada aneh, seperti ramah
yang dipaksakan. Dengan gerakan terburu-buru Pajang menyiapkan Bakso
yang dipesan. “Kok nggak kuliah Non?” tanya Pajang di tengah
kesibukannya.
“Memang lagi libur ya?” “Eh..” Sekar terkaget
sesaat. Dalam pikirannya dari mana Pajang tahu kesibukannya. “Iya Bang,
lagi libur. Besok baru masuk lagi.” “Biasanya Non kalau libur kan
jalan-jalan, sama siapa.. yang sering ke sini pakai motor RX King
itu..?” Pajang bertanya lagi.
Sekar teringat ke Ivan, pemuda yang
sering mengunjunginya, meskipun bukan pacarnya, tapi Sekar memang suka
pada Ivan. “Memangnya Abang kenal dia?” tanya Sekar sambil tersenyum.
“Ya.. dia kan juga sering beli bakso saya Non..” Pajang menjawab
canggung. Kemudian menyerahkan semanguk bakso yang mengepulkan uap panas
ke tangan Sekar, tanpa sengaja, tangannya menyentuh tangan Sekar yang
halus.
Sesaat entah kenapa badan Pajang meremang, dia belum pernah merasakan kelembutan tangan gadis secantik Sekar.
Kaget kerana ada yang meraba tangannya, secara refleks Sekar menarik
tangannya membuat pegangannya pada mangkuk bakso goyah, sebagian kuah
bakso yang panas tumpah menyiram tangan Pajang, membuatnya meringis
kesakitan sambil mengibas-ngibaskan tangannya. “Aduh, maaf Bang, sa..
saya tidak sengaja..”
Sekar gugup setengah mati, kekagetannya saat
tangannya diraba oleh Pajang sekarang berubah menjadi kepanikan kecil.
Dengan spontan karena naluri sebagai perawat, Sekar langsung menyerahkan
mangkuk baksonya pada temannya, dia lalu mengeluarkan sapu tangan dari
saku bajunya, dengan cekatan Sekar mengelap tangan Pajang yang tersiram
kuah panas. “Nggak apa-apa..” kata Sekar, rasa paniknya berkurang dengan
sendirinya melihat tangan Pajang tidak terluka atau melepuh.
Semula
Sekar takut Pajang akan marah, tapi ternyata tidak, Pajang hanya diam
saja, bahkan tidak berkata apa-apa sampai Sekar selesai makan bakso.
Bagi Sekar, kejadian itu dengan mudah bisa dilupakannya, tapi tidak bagi
Pajang. Kejadian itu sangat membekas di hatinya.
Selama
berhari-hari wajah Sekar selalu berada di dalam pikiran Pajang, seolah
menari-nari di depan matanya. Dan perlahan-lahan segala pikiran itu
berkembang menjadi sebuah perasaan aneh dalam diri Pajang.
Perasaan
yang menyimpang yang membuatnya ingin memiliki Sekar. Dan perasaan itu
berkembang bagaikan makhluk buas yang mencabik-cabik dirinya dari dalam,
membuatnya lupa pada keadaan dirinya, membuatnya lupa pada istri dan
empat anaknya yang ditinggal di kota asalnya. Dan bila sudah tidak bisa
lagi menahan hasratnya pada Sekar, dia melampiaskannya dengan beronani
sambil membayangkan dirinya sedang menyetubuhi Sekar.
Tapi Pajang
selalu bersikap biasa jika bertemu dengan Sekar, dan Sekarpun selalu
bersikap ramah padanya. Hal ini yang membuat keinginan Pajang untuk
memiliki Sekar makin kuat.
Pajang sudah salah mengartikan keramahan
dan kebaikan Sekar. Keinginan menyimpang dari dalam diri Pajang itu
membuatnya malu setiap kali bertemu Sekar, bagaimanapun dia sadar
dirinya terlalu jauh jika dibandingkan dengan Sekar.
Sekar seorang
gadis yang sangat cantik dan masih sangat belia, sementara dirinya
sudah tua dan berwajah jelek. Tapi keinginan itu sangat kuat menyerang
dirinya, cukup kuat untuk mendesaknya melakukan perbuatan terkutuk, dia
berusaha mengguna-gunai Sekar.
Dan didorong oleh keinginan yang
menggebu-gebu itulah maka Pajang memberanikan diri pergi menemui dukun
yang selama ini dia percayai. Pajang memang sering berkunjung ke dukun
itu, terutama jika berhubungan dengan penglarisan dagangan baksonya.
Rumah
dukun itu terpencil di pinggiran kota, dikelilingi oleh hutan yang
cukup lebat. Butuh waktu satu jam jalan kaki jika ingin bertemu dukun
itu karena rumahnya tidak bisa dijangkau oleh kendaraan.
Rumah itu
sendiri tidak seberapa besar, bahkan bisa dibilang kecil. Sebuah rumah
kayu berkesan kumuh dan hampir rusak. Kayu-kayunya sudah usang dan
dimakan rayap, semantara sebagian gentingnya juga sudah pecah, ditambal
oleh potongan asbes gelombang.
Begitu masuk ke rumah itu, perasaan
yang muncul adalah keseraman yang luar biasa. Dinding rumah yang tidak
seberapa itu dipenuhi oleh tengkorak-tengkorak binatang, bahkan Pajang
melihat ada beberapa tengkorak manusia terselip di sela-selanya.
Keseraman
makin terasa saat masuk ke ruangan dukun yang didominasi warna hitam.
Ruangan tanpa jendela itu dipenuhi asap kemenyan yang membuat siapapun
yang masih waras akan mabuk mencium baunya.
Pajang melihat dukun
itu duduk menghadapi sebuah meja pendek yang dipenuhi oleh sesaji, dupa
dan benda-benda logam yang kemungkinan adalah jimat sementara di dinding
sebelah kanan dan kirinya terdapat rak-rak kayu berisi puluhan kuali
dan botol botol porselen yang ditutup kain berwarna merah. “Kembali lagi
rupanya,” dukun itu berujar dengan suara berat.
Dia memakai
semacam jubah berwarna hitam yang terkesan kedodoran. Rambutnya gondrong
menjela-jela di antara bahunya. Kumis dan jenggotnya yang sebagian
sudah memutih dibiarkan memanjang dan tidak terawat. Matanya nanar
menatap Pajang yang berlutut ketakutan, bagian bawah matanya yang
mengantung dan keriput berkedut-kedut saat menatap Pajang. Wajahnya yang
tua terkesan seram ditimpa nyala lampu minyak di dekatnya, satu-satunya
penerangan yang ada di situ.
“I.. iya.. Mbah..” Pajang menjawab
gemetar, badannya seolah menciut seukuran botol saat mata si dukun
menatapnya dengan tajam. “Ini bukan urusan jualanmu kan?” si dukun
menebak jitu, membuat Pajang mengangguk penuh takzim,mengagumi
kehebatannya. “Urusan apa? Apa kamu tidak malu datang ke sini lagi? Yang
dulu saja kamu belum bisa membayar, kan?” si dukun bertanya ketus.
Pajang
merasa mengerut lagi. Urusan penglarisannya yang dulu memang belum dia
bayar karena tidak mampu, tapi kali ini Pajang sudah merencanakan
sesuatu. “Saya pasti akan bayar Mbah..” Pajang terbata-bata.
“Tapi
saya tidak membayar dengan uang.” “Lalu dengan apa?” suara si dukun
menggedor jantung Pajang, membuatnya pucat ketakutan. Pajang merogoh
saku bajunya dengan gemetar dan menyerahkan sesuatu pada si dukun. Si
dukun menerima pemberian Pajang lalu diamatinya sebentar.
“Kamu mau
membayarku dengan dia?” tanya si dukun, tapi kali ini suaranya melunak.
Dikembalikannya pemberian Pajang, Pajang mengamatinya sejenak. Ternyata
itu adalah foto Sekar yang sedang tersenyum manis sekali. Foto itu
dicurinya dari dompet Sekar saat tertinggal di gerobaknya. “Jadi kamu
mau mengguna-gunai dia ..?” si dukun menebak lagi.
Pajang
mengangguk, sekali lagi dengan penuh ketakziman. Si dukun kemudian
menanyakan tanggal dan hari kelahiran Sekar, Pajang langsung menyebutnya
dengan lancar karena Pajang juga pernah melihat KTP Sekar.
Si
dukun mengangguk-angguk sesaat, lalu dia mulai merapal mantra-mantra
sambil menghitung-hitung sesuatu dengan jari-jari tangannya. “Sulit
Pajang..” si dukun berujar setelah diam beberapa lama.
Ajang
terlihat kecewa. “Tapi jika kamu berhasil, maka dia akan menjadi milikmu
selamanya.” Si dukun melanjutkan, membuat Pajang kembali lega. “Tapi
syaratnya sangat sulit.” “Saya akan kerjakan Mbah, sesulit apapun akan
saya kerjakan.” Pajang berujar mantap.
“Syaratnya, pertama kamu
harus puasa mutih tujuh hari tujuh malam tanpa putus dimulai pada hari
dan weton kelahirannya, lalu kamu berikan ini padanya.” Si dukun cabul
itu memberi Pajang semacam cairan yang dikemas dalam botol kecil
berwarna hijau. “U.. untuk apa Mbah..?” Pajang merasa bingung.
“Itu
ramuan pemikat, tolol,” si dukun membentak. “Kamu pikir cukup hanya
mantra dan jampi-jampi saja? Pastikan dia meminum cairan itu dan bukan
orang lain, kalau tidak, risikonya kamu tanggung sendiri.” Pajang
mengangguk mengerti. Hatinya terasa lebih riang sehingga seolah dia bisa
mengambang satu setengah meter di udara saat berjalan pulang.
Otaknya
segera penuh dengan rencana. Dan pada satu kesempatan, ketika Sekar
membeli bakso darinya Pajang dengan gesit memasukkan cairan ramuan
pemikat dari dukun ke dalam mangkuk bakso Sekar, dan dengan harap-harap
cemas Pajang melihat bagaimana Sekar dengan lahap menghabiskan baksonya.
Pajangpun melakukan ritual yang diperintahkan si dukun.
Dan tepat
pada malam yang ditentukan, Pajang mulai melancarkan mantra pengasihan
yang didapatnya. Sambil membakar kemenyan, Pajang mulai membayangkan
wajah Sekar. Dengan mulut berkomat-kamit dia memanggil nama Sekar sambil
terus melancarkan mantra pengasihannya.
Di tempat lain, Sekar yang
sedang tidur mendadak menjadi gelisah, hawa di sekitarnya seolah
bertambah panas mambuat sekujur badannya berkeringat.
Nafasnya
perlahan-lahan memburu dan terengah-engah. Di dalam tubuhnya seolah
meledak sebuah dorongan aneh yang membuat nafsu birahinya meledak,
seperti ada binatang buas yang mencabik-cabik tubuhnya dari dalam.
Dalam
tidurnya, Sekar bermimpi seolah dirinya sedang bercumbu dengan Pajang.
Sekar tidak tahan melawan dorongan birahi gaib itu, dia akhirnya melepas
semua pakaiannya sehingga dia terbaring telanjang bulat di ranjang.
Sekar
lalu mulai meremas-remas payudaranya sedniri dengan ganas sambil
merintih-rintih penuh kenikmatan sambil sesekali memencet puting susunya
sendiri, tangannya kemudian beralih ke selangkangannya dan
mengelus-elus gundukan vaginanya sambil sesekali jari-jarinya
mengaduk-aduk liang vaginanya.
Persetubuhan gaib antara Sekar dan
Pajang berakhir setelah Sekar mengalami orgasme, Sekar mengejang sambil
merintih penuh kenikmatan, dari vaginanya mengucur cairan kewanitaan
sampai akhirnya tubuhnya kembali melemas dan terbaring terengah-engah di
ranjang bersimbah keringat.
Di tempat lain Pajangpun merasakan kenikmatan yang sama dan akhirnya berejakulasi dengan menyemprotkan spermanya.
Sejak
malam itu, perhatian Sekar terhadap Pajang berubah sama sekali. Sekar
mulai terang-terangan memperlihatkan kesukaannya pada Pajang, Sekar
bahkan berani menanyakan rumah Pajang dan berjanji akan mengunjunginya.
Beberapa
malam terakhir Sekar selalu memimpikan hal yang sama yaitu melakukan
persetubuhan dengan Pajang. Hal itu yang kemudian membuat Sekar
terus-menerus terbayang-bayangi oleh Pajang.
Di mata Sekar sekarang
Pajang bukan lagi pria tua buruk rupa tapi sudah menjelma bak pangeran
dalam dongeng. Di mata Sekar sekarang Pajang adalah seorang pemuda gagah
dan tampan yang senantiasa menggoda matanya, pengaruh mantra pengasihan
yang diberikan si dukun benar-benar merasuki jiwa Sekar.
Sementara
Pajang sendiri tiap malam selalu melancarkan mantra pengasihannya pada
Sekar untuk melakukan persetubuhan gaibnya dengan Sekar, Pajangpun
selalu menunggu kapan dirinya bisa benar-benar menikmati tubuh Sekar.
Dan akhirnya saat itupun datang juga.
Sore itu, malam Minggu
tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kontrakan Pajang. Dengan
tergesa-gesa Pajang membuka pintunya. Betapa kaget dan gembiranya dia
ketika melihat bidadari yang selama ini diimpikannya sekarang berdiri di
depan pintu rumahnya. “Eh.. Dik Sekar..”
Pajang tersenyum antara
gembira dan bingung. Dengan canggung Pajang mempersilakan Sekar masuk.
Sekar dengan gerakan canggung mengikuti saja ajakan Pajang. Pajang
merasa mendapat kesempatan dan hal ini tidak disia-siakannya.
Setelah
ganti baju, Pajang mengajaknya ngobrol tentang segala hal yang isa
diobrolkan. “Dik Sekar cantik banget ya hari ini” kata Pajang memuji.
“Ah, Bang Pajang bisa aja,” kata Sekar sambil tersipu malu. “Eh beneran
lho… kamu cantik banget.. kamu mau nggak jadi pacar Abang,” ujar Pajang
dengan lugu dan spontan.
Semula Sekar hanya diam mendengar
pertanyaan itu, saat itu Pajang mulai melancarkan mantra pengasihannya
pada Sekar, dan Sekar akhirnya mengangguk. Melihat hal itu, Pajang bagai
mendapat durian runtuh, seketika dia langsung memegang tangan Sekar,
Sekar tidak menunjukkan perlawanan apa-apa karena sudah terpengaruh oleh
mantra pengasihan Pajang.
Lalu karena mendapat angin, Pajang
mulai berani mencium bibir Sekar yang merah merekah itu. Dengan gerakna
kasar dan rakus, Pajang melumat bibir Sekar penuh nafsu. Perlahan lidah
Pajang mulai bergeliat di dalam mulut Sekar.
Awalnya Sekar tidak
merespon, tapi akhirnya lidahnya pun akhirnya membalas serangan-serangan
lidah Pajang di dalam mulutnya secara serasi.
Koleksi Cerita Porno
Pilihan | Pajang melumat bibir Sekar yang tipis dan merah itu kira-kira
hampir 5 menit dengan penuh gairah. Baru pertama kali inilah Pajang
merasakan kenikmatan ciuman wanita yang menggairahkan yang tidak pernah
didapatnya dari istrinya.
“Dik…, kita pindah aja yuk! jangan
disini, nggak leluasa,” kata Pajang seakan-akan dia ingin mengajak Sekar
melakukan hal lain selain berciuman. “Pindah kemana?” kata Sekar. Kita
ke dalam aja,” jawab Pajang sambil menggandeng tangan Sekar. Dia
kemudian mengunci pintu kontrakannya dan menggandeng Sekar masuk ke
sebelah dalam.
Di situ terdapat ranjang rendah berlapis kasur busa
usang dengan kain seprai yang sama usangnya. Pikiran Pajang mulai tidak
karuan bercampur nafsu ketika melihat Sekar tidak bereaksi apa-apa saat
diajak ke dalam kamarnya.
Sesampainya kami di kamar, adegan kami
berciuman kembali terulang, tak hanya itu, sewaktu mereka berciuman
kedua tangan Pajangpun beraksi terhadap tubuh Sekar, awalnya Pajang
hanya meraba tubuhnya, tapi akhirnya Pajang mulai meremas-remas payudara
Sekar yang masih terbalut pakaian. “..Ohh.. Sekar sudah lama aku tidak
bergaul dengan wanita secantik dirimu..” Pajang mulai meracau di tengah
gejolak seksualnya yang kian menggebu.
“seandainya kau bersedia,
ingin rasanya aku menyetubuhimu… akan kuberikan kepuasan yang kau
dambakan..” Sekar yang sudah dirasuki matra pengasihan hanya bisa
mengangguk pasrah, apalagi Pajang juga dengan buas terus-menerus
menciumi dan mencumbui Sekar membuat dorongan birahi dalam diri Sekar
ikut meledak, nafsu birahinya semakin menjadi jadi.
Vaginanya
berdenyut-denyut menahan dorongan seksualnya yang menggebu. Satu-satunya
keinginannya sekarang adalah bagaimana bisa memuaskan hasrat
seksualnya. Tanpa sadar Sekar mulai melepaskan bajunya satu-persatu
bahkan sekaligus melepaskan BH dan celana dalamnya tanpa diminta.
Dengan tubuh bugil putih mulus sungguh sangat sexy Sekar menaiki tempat
tidur sambil mengangkat pantatnya yang sexy buah dadanya yang membusung
ikut bergoyang, lalu dengan perlahan ia membuka kedua pahanya sehingga
kelihatan vaginanya yang juga membusung, bibirnya terbelah merekah
kemerah-merahan diantara bulu bulu kemaluannya yang halus dan sudah
kelihatan basah berair.
Pajang meneguk ludah mengagumi keindahan dan
kemulusan tubuh Sekar yang begitu putih bak pualam. Tanpa pikir panjang
lagi Pajang juga membuka pakaiannya sampai bugil.
Perlahan Pajang
mulai meremas kedua belah payudara Sekar yang terasa begitu lembut di
tangannya. Sekar mengejang pelan saat payudaranya disentuh pria untuk
pertama kali. Nafsu seksualnya langsung meledak dahsyat.
Pajang
memicingkan sebelah matanya benar benar tak percaya apa yang dilihatnya,
lekuk lekuk tubuh Sekar yang begitu sempurna telanjang bulat bulat
terpampang dihadapannya lalu dengan kata kata bergetar ia meneruskan
celotehannya “..Ohh akhirnya kau datang Sayangku.. pahamu sungguh
mulus..” Pajang menaruh kedua tangannya di paha Sekar sambil
mengelusnya.
Sekar bergetar hebat, sentuhan tangannya kembali
menggetarkan birahinya. Sekar terangsang begitu hebat oleh sentuhan
tangan Pajang yang mengelus ngelus pangkal pahanya menyentuh pinggiran
vaginanya, “.. sshh.. mmhh.. oogghhss..!! Bagaikan diguyur air hangat
Sekar mendesah panjang, tubuhnya terasa dialiri jutaan volt, kenikmatan
napsu birahinya makin terangsang hebat.
Lalu perlahan Pajang mulai
menelentangkan tubuh mulus Sekar di atas rangang dan mengatur posisi
kaki Sekar mengangkang begitu rupa sehingga vaginanya terkuak. Pajang
lalu mendekatkan penisnya ke bibir vagina Sekar lalu mulai menekan
kepala penis yang sudah pas berada di posisi mulut lubang vagina itu.
Tampak
kepala penis Pajang masih agak sulit masuk kedalam lubang vagina Sekar
yang walaupun sudah basah dan berair itu karena belum pernah kemasukan
penis sekalipun. Perlahan-lahan Pajang mulai menekan batang penisnya
sehingga sedikit demi sedikit berhasil menyusup ke dalam vagina Sekar
yang terasa sekali masih sempit walaupun sudah begitu basah.
“..
Aaakkhh.. sshh..! sempit sekalii..!!” Pajang menggumam sendiri sambil
menggelengkan kepalanya. “..Oohh Sekar sempit sekali vaginamu..” Pajang
sudah tidak sanggup lagi untuk bertahan, kepala penisnya yang sudah
terjepit diantara bibir vaginanya ditambah tubuh Sekar yang begitu
menggiurkan mana mungkin ia bisa mempertahankannya.
Lalu Pajang
membuka matanya sambil memandang mata Sekar dengan penuh pengharapan.
Sekar kaget bukan kepalang tubuhnya terasa lemas, rasa malu menyelubungi
seluruh pikirannya tidak satupun kata yang bisa meluncur dari mulutnya.
Melihat
keadaan tidak begitu menunjang Pajang langsung mengambil inisiatif.
Pajang langsung mencium bibir Sekar dengan mesra dan tanpa menunggu
perintah lagi Pajang mulai menggerakkan pinggulnya meneruskan
aktivitasnya yang tadi sempat berhenti.
Pajang tersenyum puas lalu
dengan sekali sentakan mendorong pantatnya keatas, tampak Sekar agak
tersentak dan mengerang ketika batang penisnya menyeruak masuk lebih
dalam vaginanya. Mata Sekar terbeliak dengan mulut terbuka sambil kedua
tangannya mencengkeram sprei dengan kuat-kuat.
Tak menyangka
sedikitpun begitu besar batang kemaluan Pajang menerobos liang vaginanya
yang belum siap menerima ukuran sedemikian besar. Tampak bibir
vaginanya sampai terkuak lebar seperti terkelupas seakan-akan tidak muat
untuk menelan besarnya kemaluannya. “.. Ooukkhhss.. sshh.. sakiit Bang
..! Pelaann.. pelaann.. Bang..!” Sekar menangis antara nikmat dan perih
di vaginanya. “…..
Ooukkhhss.. sshh.. sakiit Bang ..! Pelaann.. pelaann.. Bang..!” Sekar menangis antara nikmat dan perih di vaginanya.
“..
hhmm.. tempikmu.. niikmaat.. sekalii.. ukkhh.. uukkhh..” Pajang mulai
mengeluarkan kata kata vulgar dan terlihat Sekar agak canggung
mendengarnya.
Gejolak birahi Pajang begitu menguasai tubuhnya tanpa
canggung lagi mulailah ia menaik turunkan pantatnya mencari dan menggali
kenikmatan yang ia ingin berikan kepada Sekar untuk pemuasan birahinya,
batang penis Pajang masuk menyusup lubang vaginanya tahap demi tahap
hingga akhirnya amblas semuanya.
“..aarrgghh..!!” Sekar melenguh
panjang, wajahnya merah merona matanya memandang Pajang dengan pandangan
sayu penuh arti seperti menahan sesuatu, mungkin menahan rasa sakit
atau juga mungkin menahan rasa nikmat yang luar biasa.
Pajang
betul betul terpana melihat wajah Sekar yang semakin cantik diliputi
ekspresi sensasional itu. Perlahan lahan Pajang mulai aktif bergoyang
menarik ulur batang kemaluannya yang besar itu, dinding vagina Sekar
yang sudah dilumuri cairan vaginanya mulai terasa licin.
Wajah
Sekar semakin lepas mengekspresikan rasa sensasinya yang luar biasa yang
ia tidak pernah perkirakan sebegitu nikmatnya bercinta dengan Pajang,
Tanpa Sekar sadari ia mulai berceloteh diluar kontrol.
“..Ohhss..
sshh.. enaak.. seekalii….!! oougghh..Teruss .. .. teerruuss..!!! Sekar
mendesah, merintih dan mengerang sepuas puasnya. Sekar sudah lupa diri
bahwa yang menyetubuhi dirinya adalah orang yang tidak sepantasnya
menggaulinya, yang ada dibenak Sekar hanyalah letupan birahi yang harus
dituntaskan.
Mereka dengan antusiasnya saling berpelukan sambil
berciuman. Terdengar suara nafas mereka saling memburu kencang, lidah
mereka saling mengait dan saling menyedot, saling bergulingan.
Pajang mengambil inisiatif dengan menggenjot pantatnya yang tampak naik
turun semakin cepat diantara selangkangan Sekar yang semakin terbuka
lebar, Sekar pun mengangkat kedua kakinya tinggi tinggi sambil
ditekuknya sampai ke kepalanya, pantatnya ikut diangkat memudahkan
batang kemaluan Pajang seluruhnya masuk dan menggesek seluruh syaraf
syaraf kenikmatan dirongga vaginanya, bagi Pajangpun semakin mudah
menyodokkan penisnya yang panjang besar itu keluar masuk sampai
kepangkal penisnya sampai menghasilkan suara bedecak-decak seperti suara
membecek seiring dengan naik turunnya pantatnya.
Pajang
memperhatikan kearah selangkangan Sekar vaginanya mencengkeram penisnya
erat sekali, ia tersenyum puas bisa menaklukkan vagina Sekar, yang sudah
basah membanjir penuh dengan cairan putih kental sehingga membasahi
bulu-bulu kemaluannya itu dan juga batang kemaluannya.
Pajang mendengus-dengus bagai banteng terluka genjotannya makin ganas saja.
Mata
Pajang terlihat lapar menatap payudara Sekar yang putih montok
dikelilingi bulatan pink ditengahnya terlihat putingnya yang sudah
begitu mengeras, tanpa menyia nyiakan kesempatan Pajang langsung
menyedot puting susu Sekar yang begitu menantang, Tubuh Sekar yang
menyender dinding setengah duduk setengah terlentang menggelinjang
hebat.
Payudaranya makin dibusungkan bahkan tubuhnya digerakkan
kekiri dan kekanan supaya kedua puting buah dadanya yang sudah gatal itu
mendapatkan giliran dari serbuan mulutnya. Desahan penuh birahi
langsung terlontar tak tertahankan begitu lidah Pajang yang basah dan
kasar menggesek putingnya yang terasa sangat peka itu.
Pajang
begitu bergairah menjilati dan menghisap buah dada dan putingnya di
sela-sela desah dan rintihan Sekar yang sangat menikmati gelombang
rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini,
“..oouugghhss
..oouugghhss.. sshh..” Sekar makin meracau tidak karuan, pikiran Sekar
sudah tidak jernih lagi, terombang ambing didalam pusaran kenikmatan,
terseret didalam pergumulan sex dengan Pajang, jiwanya serasa seenteng
kapas melambung tinggi sekali. Sekar merasakan kenikmatan bagai air bah
mengalir ke seluruh tubuhnya mulai dari ujung kakinya sampai keubun
ubunnya. Tubuh Sekar akhirnya mengejang sambil memeluk tubuh Pajang erat
sekali.
Jiwanya terasa berputar putar merasakan semburan
kenikmatan yang dahsyat diterjang gelombang orgasme. Pajang terus
menggenjot tubuh Sekar yang hanya pasrah dipelukannya mengharapkan
gelombang kenikmatan selanjutnya.
Lebih dari sejam Pajang
menyetubuhi Sekar tanpa henti, Sekar makin lama makin terseret didalam
kenikmatan pergumulan seks yang ia belum pernah rasakan.
Tubuh Sekar akhirnya melemas lagi dan Pajang yang sudah tidak tahan akhirnya menyemburkan spermanya di dalam rahim Sekar.
Untuk
beberapa saat Pajang membiarkan penisnya masih menancap di dalam vagina
Sekar mencoba meresapi setiap kenikmatan tubuh putih mulus itu.
Ditatapnya wajah Sekar yang sekarang terlihat sendu, ada sebutir air
mata mengalir di pipinya. Pajang membiarkan tubuh Sekar yang berada
dalam pelukannya untuk beristirahat sejenak.
Dilihatnya ada bercak
darah bercampur lendir putih di seprainya, Sekar memang benar-benar
masih perawan. Hal itu membuat Pajang makn merasa senang karena berhasil
memerawani seorang gadis secantik Sekar.
Setelah beristirahat
sejenak, Pajang meminta Sekar berbalik sambil menungging, lalu dengan
posisi doggy style Pajang kembali membenamkan penisnya ke dalam kemaluan
Sekar, kali ini kemaluan Sekar bisa menerima setiap sodokan penis
Pajang yang berukuran besar itu.
Sekar merasakan liang vaginanya
menyempit karena tertekuk oleh perutnya sehingga ia merasakan setiap
detail denyutan kenikmatan yang dihasilkan oleh batang penis Pajang yang
merasuk ke liang kenikmatannya, secara refleks Sekar meningkatkan
sensasi sensual ini dengan memutar mutar pantatnya yang putih sexy itu
bahkan ketika Pajang menyodok penisnya yang besar itu, Sekar
menyambutnya dengan mendorong keras pantatnya kebelakang sehingga penis
Pajang yang besar dan panjang itu masuk ke dalam vaginanya dalam sekali
mengaduk-aduk seluruh rongga kenikmatannya.
Apa yang terlihat
sungguh merupakan pemandangan yang sangat erotis. Seorang wanita yang
sangat cantik dan bertubuh mulus dan begitu sexy disetubuhi oleh seorang
pria setengahj baya yang berkulit hitam dan buruk rupa.
Tubuh
Sekar yang mulus ramping menungging meliuk liuk, bongkahan pantatnya
yang sekal dan mulus bergerak gerak dengan liarnya, kepalanya bergeleng
kekiri dan kekanan, sementara buah dadanya yang montok bergoyang erotis
sekali ditambah dengan erangan dan desahannya mendayu dayu memenuhi
ruangan kamar, Sekar sudah berubah menjadi kuda betina liar dimana
Pajang memegang kendali permainan sex ini sepenuhnya.
‘Pertempuran’
seks berlanjut terus, Pajang menahan erat pinggang Sekar yang ramping
supaya tubuh Sekar tidak terjerembab ke depan karena vaginanya digenjot
cepat sekali sampai batang penisnya yang besar keluar masuk liang vagina
begitu dahsyat tanpa ampun, semakin deras liang vaginanya digenjot
keperkasaan penisnya semakin keras erangan Sekar mengumandang dikamar
yang dipenuhi hawa napsu birahi kedua insan ini.
Tubuh Sekar
sampai bergetar hebat, terlihat ia mengejang kuat-kuat pertanda ia
sedang mengalami kenikmatan yang maha dahsyat. Sekar benar benar
melayang kelangit yang ketujuh didalam pergumulan sexnya dengan pedagang
bakso ini.
Pajang sangat puas melihat kepasrahan Sekar, lalu ia
merunduk memeluk tubuh Sekar dari belakang tangannya merogoh
keselangkangan Sekar, jari jari Pajang memainkan klitoris Sekar dengan
memutar mutarnya, sambil menggenjot dengan penisnya yang besar itu.
Sekar
mengerang dengan liar, tubuhnya yang dalam posisi menungging meliuk
meliuk tanpa terkendali, rupanya klitorisnya merupakan alat kelamin yang
paling sensitif buat Sekar, lubang vaginanya yang sudah dihajar begitu
rupa oleh penis yang berukuran luar biasa itu ditambah clitorisnya
ditekan sambil diputar-putar oleh jari Pajang, maka sempurnalah puncak
kenikmatan yang ia rasakan, tangan Sekar mencengkeram sprei erat sekali,
dahinya berkerut, mulutnya seperti ingin teriak dan mendesah desah tak
henti hentinya.
Rupanya Sekar sedang dilanda kenikmatan yang amat
sangat luar biasaa. posisi tubuhnya yang sedang menungging makin
ditunggingkan pantatnya keatas memasrahkan vaginanya dihujam oleh
keperkasaannya dengan mengharapkan kedatangan gelombang kenikmatan
berikutnya yang merupakan pengalaman pertama buat Sekar untuk
mendapatkan multiple orgasme.
AAAAAAHHHHKKKHHHH ….!!” Sekar
mengerang histeris diterjang klimaks keduanya yang lebih panjang dan
lebih dahsyat dari yang pertama, mukanya merah merona terbakar oleh
puncak birahinya wajahnya semakin cantik diliputi ekspresi kenikmatannya
tubuhnya mengejang cukup lama selama orgasmenya berlangsung.
Sekar
benar benar takluk mendapatkan kepuasan yang luar biasa, rasa ketagihan
merasuk jiwanya, ingin rasanya melanjutkan persetubuhannya
selama-lamanya dengan Pajang karena ia bisa memberikan multiple orgasme
yang ia tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
Tubuh Sekar sudah tidak
bertenaga lagi akhirnya ambruk ditempat tidur berbaring napasnya
tersengal sengal, Pajang ikut membaringkan dirinya disamping Sekar.
Seharian
Pajang mengajari Sekar bagaimana caranya bercinta untuk menggapai
kenikmatan. Satu hari penuh Sekar mendapatkan pengalaman luar biasa.
Pajang merangsang nafsu birahinya dengan menyetubuhi dirinya berbagai
macam posisi, posisi 69 pun tak lupa dipraktekkan dan Sekar menjadi
murid yang cepat tanggap.
Tidak bisa dihitung berapa kali Sekar
mengalami orgasme, yang jelas Sekar begitu menikmati bahkan mungkin
begitu ketagihan disetubuhi batang kemaluan yang begitu besar dan
perkasa. Dan Pajangpun begitu puas bisa merealisasikan keinginannya
menggauli Sekar yang sangat menggairahkannya. Pajang mengalami ejakulasi
dengan penuh kenikmatan.
Setelah kejadian hari itu, Pajang selalu
berusaha untuk bisa bertindak wajar seolah olah tidak terjadi sesuatu
diantara mereka bahkan Pajang tidak terlalu memaksakan keinginannya
untuk berhubungan seks kalau situasi tidak memungkinkan.
Tetapi
lain halnya dengan Sekar, terlihat ia begitu grogi setiap bertemu dengan
Pajang terutama jika teman-temannya berada disampingnya, sulit sekali
ia menutupi kegelisahannya.
Sebagai seorang wanita perasaannya lebih
banyak dikendalikan oleh emosinya. Setiapkali menatap Pajang walaupun
Pajang berpakaian lengkap tetapi yang terbayang adalah tubuh kekarnya
yang bertelanjang bulat dengan batang kemaluannya yang menantang.
Sejak
hari itu Sekar tidak bisa lagi menahan keinginannya untuk tidak memadu
kasih dengan Pajang. Da ketika libur, ia mencuri-curi waktu dan
kesempatan untuk pergi ke tempat Pajang tanpa diketahui oleh
teman-temannya.
Pajang yang memang sengaja memanggil Sekar dengan
mantra pengasihannya langsung menyambut memenuhi keinginan Sekar untuk
bercinta. Saling lumat dan saling cumbu. Tangan Pajang meraba dan
mengelus daerah sensitif Sekar, hingga pada puncaknya mereka saling
jilat dengan posisi 69. Kepala Pajang membenam di selangkangan Sekar,
menjilati dan menciumi vagina dan klitoris Sekar.
Semantara Sekar
juga sibuk mengocok batang kemaluan Pajang sambil mulutnya mengulum
kepala batang kemaluannya, awalnya Sekar agak canggung dengan gaya
permainan itu tapi Pajang yang berpengalaman membimbing Sekar untuk
melakukannya.
Sekar mulai terbiasa menerima penis Pajang di
mulutnya, perlahan dia mulai meraih penis itu dan mengocoknya pelan.
Lalu Sekar memajukan wajahnya, sambil melanjutkan kocokannya dia
menyapukan lidahnya pada kepala penis itu.
Pajang mendesah
merasakan belaian lidah Sekar pada penisnya serta kehangatan yang
diberikan oleh ludah dan mulutnya. Sekar sendiri walaupun merasa tanpa
disadari mulai terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya.
Sekar
merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Pajang
yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin
berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh
menit lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai Pajang menekan
kepalanya sambil melenguh panjang.
Cairan putih kental itu
menyembur deras di dalam mulutnya dan mau tidak mau, Sekar harus
menelannya, rasanya yang asin dan kental itu membuatnya hampir muntah
sehingga tersedak. Beberapa saat kemudian barulah semprotannya melemah
dan berhenti. Sekar langsung terbatuk-batuk begitu Pajang mencabut penis
itu dari mulutnya.
Memang Pajang adalah guru yang baik, akhirnya
Sekarpun terbiasa dan boleh dibilang piawai dalam melakukan oral seks
sampai Pajang orgasme, dan spermanya menyembur keluar di wajah Sekar
yang cantik. Sekar lalu merebahkan badannya dan terlentang. Pajang
sambil mendekati Sekar, dia lalu berbaring di dekat Sekar.
Pajang
mulai membelai wajahnya dan menciumi pipinya, kumisnya yang kasar
seperti duri menusuk-nusuk pipi Sekar yang halus. Pajang lalu menciumi
bibir Sekar dengan gerakan lembut berulang-ulang sambil tidak lupa
tangannya bergerak ke payudara Sekar yang kenyal dan lembut, payudara
yang putih mulus itu dibelai-belai dan diremas dengan lembut, sesekali
Pajang mempermainkan puting payudara Sekar yang berwarna pink segar
dengan jari-jarinya.
Sekar langsung terhanyut oleh perlakuan itu,
gerakan-gerakan Pajang yang sangat berpengalaman membuat pertahanannya
sedikit demi sedikit bobol.
Perlahan Sekar mulai memberikan respon
pada ciuman Pajang, tanpa disadari, Sekar mulai membuka mulutnya dan
membiarkan lidah Pajang bermain-main dengan lidahnya, bahkan Sekar mulai
ikut memainkan lidahnya sendiri dan membiarkan bibirnya berpagutan
dengan bibir Pajang.
Sambil terus berciuman, Pajang terus membelai
dan meremas-remas payudara Sekar dengan lembut. Lalu Pajang mengarahkan
ciumannya ke bagian leher Sekar. Sekar menerima perlakuan itu sambil
mendesah pelan.
Pajang terus menciumi sekujur leher Sekar, lalu
ciumannya bergerak menelusuri bagian payudara Sekar. Dengan lidahnya,
Pajang menjilat-jilat payudara mulus itu dengan lembut, ujung lidahnya
sesekali menyapu puting payudara Sekar membuat Sekar makin terangsang.
Desahan nafasnya mulai memburu, wajah Sekarpun mulai memerah. Sekar
seperti berada di lautan kenikmatan yang maha luas dan akhirnya seperti
biasanya pula batang kemaluan Pajang yang besar mengaduk liang
kenikmatannya.
Dan seperti yang didambakan Sekar, Pajang
melambungkannya terbang melayang layang diawang awang menggapai puncak
kenikmatan yang tertinggi. Gesekan penis di dalam vaginanya memberikan
sensasi luar biasa pada sekujur tubuh Sekar membuatnya mengejang dan
bergerak liar.
Sekar benar-benar menikmati persetubuhan dengan
Pajang. Dia membiarkan saja saat Pajang kembali menciumi bibirnya
ditengah-tengah persetubuhan.
Bahkan ketika Pajang menghentikan
genjotannya, secara tidak sadar Sekar gantian menggerak-gerakkan
pantatnya, dan Sekar pun menurut saja ketika Pajang menyuruhnya berganti
posisi. Entah sudah berapa posisi yang dipraktekkan mereka.
Sekar
sendiri sudah mengalami berkali-kali orgasme, dia mendesah-desah
menyebut nama Pajang, Sementara penis Pajang terasa semakin berdenyut
dan ukurannya pun makin membengkak, dan akhirnya dengan geraman panjang
dia menumpahkan spermanya ke dalam rahim Sekar.
Dan hari-hari
berikutnya Sekar makin sering berkunjung ke tempat Pajang, kesempatan
itupun kembali digunakan Pajang untuk bisa menikmati kenikmatan tubuh
Sekar yang memang sangat didambakannya.
Sekar sendiri sudah begitu
terlena oleh Pajang, selain oleh mantra pengasihan yang dimiliki Pajang
juga merasakan kenikmatan yang luar biasa saat Pajang menyetubuhinya.
Kini setelah kejadian itu, mereka selalu terlihat sering berdua.
Sekar
selalu datang ke kontrakan pajang sekedar untuk melepaskan unek-uneknya
tentang masalah kampus namun bagi Pajang itulah saat baginya untuk
menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh Sekar.
Pajang pun
akhirnya menikmati tubuh Sekar yang merupakan calon perawat itu dengan
sembunyi-sembunyi, Sekarpun kini telah memutuskan hubungan dengan
pacarnya dan ia menerima pajang sebagai calon suaminya.
Bakso
Cerita Sex Remaja
Cerita Sex Terbaru
Cinta
Jatuh
Kumpulan Cerita Sex
Penjual
Perawat
Sama
Yang
0 comments:
Post a Comment